Sabtu, 18 Jun 2011

bab; MENDAPO LIMA DUSUN .....KERINCI.


A. MENDAPO LIMO DUSUN
1. Tanduk bertulisan Rencong, berbunyi:
2. Surat tulisan Melayu pada kertas.
3. Surat tulisan Melayu pada kertas.
4. Surat tulisan Melayu pada kertas.
5. Tanduk bertulisan rencong
6. Tanduk bertulisan rencong
7. Surat tulisan Melayu pada kertas.
8. Surat Tulisan Melayu pada Kertas.
9. Tanduk Bertulisan Rencong
10. Tanduk Bertulisan Rencong. Bunyinya begini:
11. Tanduk Bertulisan Rencong
12. Tanduk Bertulisan Rencong
13. Surat Tulisan Melayu pada Kertas
14. Tanduk Bertulisan Rencong. Bunyinya:
15. Buluh Dua Ruas Bertulisan Rencong (lihat m. 15a)
16a. Buluh Dua Ruas Bertulisan Rencong, hurufnya lebih besar dari no. 15 (ruas no. 1) Editor’s Note: In the original this item is No. 16. We renumbered it to 16a because the following item was erroneously numbered as No. 15 (which we changed to 16b).
16b. Buluh Dua Ruas Bertulisan Rencong. (yang dimaksudkan pada halaman 12) Editor’s Note: The original item number was No. 15.
17. Tanduk Bertulisan Rencong
18. Tanduk Bertulisan Rencong
19. Tanduk Bertulisan Rencong
20. Tanduk Bertulisan Rencong
21. Tanduk Yang Bertulisan Rencong;
22. Surat Tulisan Melayu pada Kertas
23. Surat Tulisan Melayu pada Kertas
24. Tanduk Bertulisan Rencong
Tambahan Bab A (Mendapo Limo Dusun)
A. MENDAPO LIMO DUSUN

1. Tanduk bertulisan Rencong, berbunyi:

(1) bisamillah mujur dangar tutur ninik kami di kuta pandan hiya basanggun buwin (2) basanggun sirat bajabat dimanaw kunin maniti mata karis mengada dayang baranay (3) sihapa lagi (:ki) hiya juga siyak langin mangada hakan hanak hurang sambilan sihapa hanak (4) tu … wa hiya juga jari handir hukir sahambut handir kunin bapak hajang hangsi ha (5) ndir baringin handir kawa handir kasar handir gala hajang ri baka (6) rah siyak makudun hitu kalah singa hapi di kuta pandan bapak hajang (7) hangsi ba(ng) lik kuta pinang bagalar datuk caya dapati sirapa galar (8) bini sahada (9) ngada hanak hurang lima sapa hanak tusa (:wa) malin hit … si ….h nga ……….(10) t sapa laki …….. dinga sanaknya batina halang ma ‘ipahi mandiyara di (?) ya gilang malin lah ba (ga) lar (11) datuk caya di (pa) ti hilang di laman sapa bini hanya hanak handir hukir silibar hitu halah (12) bininya caya dapati mengada hanak hurang 1 (i) ma sapa hanak hanya tuwa hana la’i patih suka nanggari (13) handir hulak handir hulak handir tuni handir taji hana la’ut (14) halah bagalar datuk caya dipati sulah ngada hanak hurang lima sapa hanak tusa (:wa) (15) h(i) ya juga sutan ki’i sacanta halah (15a) bagalar (16) caya dipati pandak sapa bininya sajuhu mangada hanak hu (17) rang I(i) ma sapa hanak tuwa sabudaha (18) satambun sacabu (?) sacilupat sacatar hitulah bagalar caya dipati pandak tataran kapanakan bagalar (19) sajantayhitu bagalar hiya mandiha dijadi bawah t raja tatahan ka dipati su (?) nti di (:hu da?) (20) duwa bahadik dingan riya mandiha hitu ninik kami sapa pa bini di dipati (21) san ... huda hiyalah sakintang luma bini hanya menunggu kuta pandi.

2. Surat tulisan Melayu pada kertas.

Bunyi salinan yang diperbuat oleh Muh. Agus di muka Muhamad Rudin gl. Datuk Caya Depati (dengan huruf Belanda) begini:

Inilah cap Pengiran Patih Jaya Kabul di bukit Hajarat Nabi Sallalloh Hualaihi Wassalam.

Inilah Piagam Depati Alam Negeri, dikurnia oleh Pengiran Nyata Patih Jaya Kabul di bukit, akan lawan Akan lawan, maksudnya: kalawan = dengan Depati Simpan Negeri , akan lawan Depati Suto Negaro, akan lawan Depati Sungai Penuh, akan lawan Depati Payung Negeri akan lawan Depati Setiodo, akan lawan Depati Pelawan Negaro dan Ngabitah Ngabiteh, maksudnya: Ngabehi Patih? Setiyo Bawo mak Takuyung dengan batang kalau tenggelam sama tenggelam, jikalau terapung sama terapung Depati yang bertujuh samo baik samo jahat dan mangku Depati dan mangku Rajo samo rato samo beratnyo samo-samo jantan samo betino.

Sehulu sehilir salapik sabangbungnyo segalo segalo perintahnyo sekulak airnyo seekor ikannyo sehelai daun kayunyo putih hitam pancung sulo Depati yang bertujuh jikalau pemangkunyo salah perintah duo tahil sepaho. Jikalau permentinyo salah perintah dendonyo setahil sepaho, jikalau anak … mudonyo salah perintah dendonyo sepuluh emas. Jikalau Depatinyo salah hukum didendo tujuh tahil sepaho pucuknya sekti lima mas matinyo tujuh tahil sapaho mati yang tujuh tahil sepaho empat tahil sepaho. Sahidan lagi pulo titahnyo duli pengiran kepado Depati. Jikalau ado cuding gading culokalo, kato mabuli orang menyembah berhalo mako orang kam kambang dan jalullah mati manuta suri alim jakar wanta zaman (Yang lain tidak bisa dibaca lagi) ……….

3. Surat tulisan Melayu pada kertas.

Bunyi salinan yang diperbuat oleh H.A. Cadir Jamil di muka Muhamad Rudin gl. Dt. Caya Depati (dengan huruf Belanda) begini:

Stempel kerajaan Sulthan Jambi

Hijrat Nabi shallallahualaihi wassallam 1192 Seribu seratus sembilan puluh dua pada tahun ba pada sembilan likur hari bulan Jumadil Achir pada hari Sabtu waktu duha. Bahwa pada dewasa itu Pangeran Sukarta mengurniyai undang-undang serta cap ini kepada Mangku Depati dan Mangku Raja dan Ngabi Tih Setia Bawa. Adalah Mangku Depati itu titah Pangeran, berganti menjadi Mangku Depati orang yang tiga buah perut; itulah yang mengetahui giliran ganti Depati Simpan Negeri. Depati Simpan Negeri yang enam buah perut berganti menjadi Depati. Dan Depati Alam Negeri enam buah perut demikian lagi; dan Depati Suto Negaro yang enam buah perut itu berganti menjadi Depati.

Mangku Depati, yang tiga buah perut itulah yang bergilir berganti. Depati Simpan Negeri dalam orang enam buah perut dan Depati Alam Negeri dan Depati Seto Negaro yang enam buah perut; tiyada boleh yang lain daripada orang yang enam buah perut itu menjadi Depati. Dengan petunjuk Mangku Depati jua adanya.

Maka barang siyapa tiyada menurut bicara Mangku Depati yang sekata, dan jikalau salah Depati melainkan Mangku Depati serta maha menterinya dan cupak gantangnya melainkan didenda Pangeran tujuh tahil sepaha. Dan demikian lagi yang diketahui oleh segala hukum parentah adat negeri seperti hukum orang daga dagi dan sandu‘ samun, umu‘ umbai, upas racun, telum tikam malam, kincung kicuh, sekaliannya itu mati hukumnya; dan jikalau ada orang sumbang salah, berzina laki2 dengan perempuan yang tiyada membatalkan air sembahyang mati juga hukumnya. Dan adalah hukum yang telah sampai kepada hukum mati melainkan ditetap oleh duli Pangeran seperti yang segala yang dahulu-dahulu itu tiyada duli Pangeran mengubahkannya seperti seko lembago yang dahulu kala itu jua adanya.

Demikian lagi titah duli Pangeran: barang yang mungkar dengan syara’ Rasulullah hu ’alaihi wassallam seperti …….(tidak terbaca sebab sudah koyak 4 baris).

4. Surat tulisan Melayu pada kertas.

Bunyi salinan yang diperbuat oleh H.A. Cadir Jamil di muka Muhamad Rudin gl. Dt. Caya Depati (dengan huruf Belanda) begini:

Stempel Kerajaan Sulthan Jambi

Hijarat Nabi Shallallah ulaihi wassallam 1192 seribu seratus sembilan puluh dua tahun ba pada bilangan Chasiyah pada dua likur hari bulan Jumadil Akhir pada hari Sabtu pada waktu adha. Bahwa pada dewasa itulah duli Pangeran Sukarta mengurniyakan piagam serta cap ini kepada Depati Simpan Negeri serta Depati Suto Negaro, Depati Alam Negeri serta Depati yang berempat yaitu: Depati Setio Udu dan Depati Payung Depati Payung Negeri dan Depati Padua Negaro dan Depati Sungai Penuh dan serta dengan Mangkuto Depati nan Mangkuto Rajo dan Ngabitih Setia Bawa serta dengan Menteri dan sepuluh serta segala cupak gantangnya.

Demikianlah dikurniyakan duli Pangeran Sukarta piagam ini tetap kepada orang enam perut ditetapkan oleh duli Pangeran seperti segala orang tua-tuanya dahulu juga adanya. Maka segala orang yang tersebut itulah yang mempunyai selingkung selurah sungai bungkal pandan, mudiknya hingga singkung-kung mati dan hilirnya hingga siyalang berlantak besi dan kebaruhnya hingga Kemantan mati lalu menuju palis serumpum lalu kelubuk tuba-tuba lalu menuju aur berlarik itulah adanya yang di dalam seluruh sungai bungkal pandan itu, kayu panjang dan pandak, buluh bilahnya, rotan rambainya, dan siyalang malangnya dan barang sebagainya tidaklah boleh orang lain mengambilnya. Dan barang siapa cala calo mengambil kayu mayunya atau rotan rambainya atau buluh bilahnya atau barang sebagainya tiada memberi tahu orang yang mempunyai tanah, dirampas hukumnya; jikalau melawan dibunuh. Demikianlah titah duli Pangeran dalam piagam ini.

Hubaya-hubaya jangan dilalu !!!

Adapun segala lembaga yang ditetapkan oleh duli Pangeran Sukarta itu seperti segala lembaga yang dahulu kala juga tiyada diubahkan oleh duli Pangeran melainkan tetap jua adanya. Adapun segala Depati itu mendirikan hukum raja yaitu boleh para Depati menyeti mendenda, pancung punjung, kelam bunting beras andam ke dalam, pancung sula, itupun dengan bicara Mangku yang bertiga dan Menteri nan Sepuluh adanya. Dan adalah seko cupak gantangnya Depati itu, barang suatu ngadu bicaranya melainkan mengadu para Menteri, dan para Menteri itu mengadu kepada para Mangku, dan para Mangku itulah menyampaikan kepada para Depati.

Demikianlah lembaganya; dan barang siapa menyalah seko lembago itu melainkan dihukum oleh Depati serta Mangku dan segala Menteri sepuluh itu.

Adapun seko lembago para Mangku itu jikalau salah denda pecah empat tahil sepaha dan denda pengingat dua tahil sepaha; dan seko para Menteri jikalau salah denda pecah dua tahil sepaha, dan denda pengingat setahil sepaha.

Demikianlah adanya.


Dan lagi titah duli Pangeran Sukarta kepada segala ra’yat naung yang selurah tanah Kerinci disuruh Pangeran Mengeraskan hukum syara’ di dalam tanah Kerinci; duli Pangeran amat keraskan kepada Depati yang berempat dan yaitu Setiudo dan dan Depati Payung Negeri dan Depati Padua Negaro dan Depati Sungai Penuh yang dibawa oleh Kiyai Depati Simpan Negeri kawan Depati Suto Negaro serta Mangku Depati dan Faqih Muhamad itu yaitu yang ditegah oleh Pangeran itu karena karena tertegah pada syara’. Maka yang terlebih mungkar pada syara’ itu yaitu empat perkara: Pertama jikalau kematian jangan diarak dengan gendang, gung, serunai dan bedil dan kedua, jangan diberi laki2 bercampur dengan perempuan bertauh nyanyi suatu tempat dan kedua jangan bersalih memuji hantu dan syetan dan batu, kayu dan barang sebagainya dan ketiga jangan menikahkan perempuan dengan tiyada walinya dan keempat jangan makan minum yang haram dan barang sebagainya daripada segala yang tiyada diharuskan syara’.

Hubaya-hubaya jangan dikerjakan !!

Demikianlah titah duli Pangeran mintak kembangkan kepada segala Depati dan segala Malin yang ada di dalam tanah Kerinci adanya.

Dan barang siyapa tiyada mau mengikut syara’ maka hukumkan oleh segala Malin dengan mufakat seperti hukum syara’ jangan disalahi. Jikalau orang yang tiada mau mengikut hukum syara’ maka segala para Depati dan para Mangku serta mufakat dengan para Menteri mengeraskan hukum syara’ itu adanya. Demikianlah perintah duli Pangeran Sukarta.

Hubaya-hubaya jangan dilalu !!!

Tammatulkalam bikhairi wassalam.

Adapun yang menyurat piagam ini Tuan Haji Imam Abdul Rauf dititahkan duli Pangeran Sukarta Negara.

5. Tanduk bertulisan rencong

(1) hini halah surat tutuw tamba nini kami di kuta pandun

(2) hanak ninik siyak langin hurang sambilan baradik

(3) dingan tuwa handir kuning handir mulan handir

(4) bingin handir hada handir capa handir

(5) bukat handir dayang handir hukiw

(6) lapas dari sini

(7) hapak hajang ngsi hitu halah manjadi singarapi hapa

(8) k hajang hari manjadi caya dipati mana buwat

(9) nini kami dingan ninik dipati muda dingan

(10) dipati singa laga mana sumpah satiya caya dipati singa rapi

(11) dijadi hakan dipati dibari manti sambilan jakala

(12) nayik raja janang sama dilawat jakala hada ja-jah manti

(13) sambilan sama ditarima jakala hada lung manti sambilan

(14) caya dipati singarapi nyampay baju jalaka (:jakala) barasi

(15) lih caya dipati singarapi hidak barajawa

(16) tangan dingan dipati

6. Tanduk bertulisan rencong

(1) basamilah mujur dangar tutur ninik

(2) kami di kuta pandin hiya halah basanggun ta

(3) basanggun sisirat maniti mata karis

(4) bajalan di kulit hayir … (ja)bat di mana kun (in)

(5) hitu halah handir da ……sa siyak langi

(6) laki hanya mandu (:nga?) da ninik sambilan sapa galar hanya hand

(7) (i) r hukir sisiyak makuda sadayang handir kuni hand

(8) ir baringin handir capa sabadaha pak hajang ngsi

(9) sa..h… pingi sisiyak makudu bagalar datuk su

(10) ngayhapi ngada hanak hurang hampat sagang (:hu) rang

(11) mali kami handir kasir sasungay

(12) hapi nangah singi hapi bara

(13) hanak sakasar turu

(14) n ka panakan pangulu lang diba sungi hapi

(15) ninik kami

(16) hini ‘ih (:lah?) maka bas (u) wa haci turan hacik ma

(17) ripat batamu di kami di balay baratat kamu

(18) bajanji bungkan pandi ka pasibi bahatat batang

7. Surat tulisan Melayu pada kertas.

Bunyi salinan yang diperbuat oleh guru Ahmad dan disyahkan oleh ninik mamak Datuk Singarapi Sulah (dengan huruf Belanda) begini:

Cap waris kerajaan Indrapura

Bismillahi rrahmani rrahim.

Alhamdu lillahi rabbi l’alamin.

Adapun tersebut dalam-dalam karang setia. Tatkala turun dari bukit tinjau laut lalu ke tanah Rawang ditemui oleh Adipati-Adipati.

Maka bertengkar Pangeran Temenggung kubur di bukit dengan Yang dipertuan berdarah putih. Kata Pangeran: Ianya yang tua. Kata Yang dipertuan: beliau yang tua. Minta dilihat rupa pada Adipati, mana kami ini yang tua. Maka Adipatipun enggang mengatakan. Karena takut bersalahan. Maka dijeput orang sungai penuh mintak dilihat tua mudanya keduanya itu. Maka orang sungai penuhpun tidak juga berani mengatakan.

Adapun kata Datuk Caya Depati, sebab keduanya sama dan belum nyata kelebihan satos. Maka berkatalah Yang dipertuan berdarah putih: Mari kita coba keramat kita masing2. Mana yang lebih itulah yang tua. Beliau mintak kulit kareh dengan lapik pandan kepada Adipati, karena kami hendak mencoba tuah keramat kami masing2. Maka Adipati tidak hendak memberinya karena takut menjadi bantah akhirnya. Mana yang kurang tentu menjadi sakit hati. Dan takutlah Adipati seperti meadukan orang bergaduh. Maka Pangeran diambilnya kulit kareh pada orang Pangasi. Dan yang dipertuan mintak lapik pandan pada mangku Sukarami. Maka Pangeran Temenggung berbiduk di atas kulit kareh hilir dari air Rawang lalu ke Sandaran Agung. Sampai di Sandaran Agung, kulit kareh itu menjadi buaya kumbang. Dan yang dipertuan berdarah putih berlayar di atas lapik pandan mudik air Bongkalpandan tiba di kota pandan. Dan lapik pandan itu menjadi harimau kumbang (kumbang).

Tatkala itu belum lagi bernama Koto Pandan dan Sungaipenuh belum lagi bernama Sungai penuh hanya Koto Pandan baru bernama Emir Biru. Tatakala itu beralih nama Koto Pandan sebab pandan menjadi kota dan bernyawa menjadi harimau dengan izin tuhan Rabbul’alamin. Sebab sekarang tiada tahu atau tiada mengetahui asal usulnya; melainkan disebut mana yang baik saja.

Adapun Pangeran Tumenggung kubur di bukit berdusanak dengan Yang dipertuan berdarah putih; satu bapak tetapi ibunya berlainan.

Setelah keduanya bertemu kembali, maka berkatalah Yang dipertuan kepada Pangeran Tumenggung katanya; Hamba yang tua, karena hamba berkawin dengan raja perempuan di Indrapura yang bernama Puteri Mandewa Ratna. Marhum Syah itu meninggal Khalipah Allah Syah yang kerajaan di Minangkabau Istana di Pagaruyung ialah disebutkan orang Tuanku Orangmuda yang pindah duduk di Indrapura tanah pesisir barat (pulau) Andalas ini.

Maka segala ta’luk pemerintahannya kembalilah kepada Yang dipertuan dua laki isteri; sebab itu Yang dipertuan yang tua.

Maka berkatalah Adipati: Sejak semula hamba katakan; “Dicarik akar sibumbun besi dipicik buat kepayung. Carik sedikit kena jarum hendak dijahit dengan beliyung.“

Maka berkatalah Yang dipertuan dengan Pangeran kepada Adipati: “Itulah kita sekalian supaya jangan negeri kita melarat”. Sekarang musuh besar Jawa Mataram telah masuk ke Palembang dengan perahunya dan banyak orangnya. Maka Adipati mintak janji tujuh hari pada Yang dipertuan.

Setelah dapat janji, maka Adipatipun mudiklah batang air Benawa hendak naik ke tanah Lagan yaitu gunung Berapi dekat Sulak.

Sulak. Sekarang batang Benawa itu menjadi danau. Maka tapalah Adipati di situ. Maka dengan takdir Allah ta’ala, tumbuhlah cendawan. Maka Adipati bertijak naik, bergantung pada lumut. Bersumpahlah Adipati, sekali-sekali tidak mau memakan cendawan yang tumbuh di gunung dan sekali-sekali tidak memegang lumut. Pendek kabar segala perolehan tapa dipati, dikhabarkan pada Yang dipertuan dengan Pangeran. Maka mufakatlah Yang dipertuan dengan Pangeran. Kalau Pangeran naik ke Kurinci, melainkan tanah Sandaran Agung kajang lantainya. Dan kalau Yang dipertuan naik ke Kurinci, melainkan Mangku Sukarami menjadi kajang lantainya; dijadilah pegawai pada Pangeran dan cermin yang tiada kabur pada Yang-dipertuan.

Adapun tanah Pengasi Masa itu dan Sungaipenuh, belum bernama Sungaipenuh pada masa itu dan berikutlah hikayat Adipati itu. Oleh Yang dipertuan dengan Pangeran diteguhkan pula setia. Dibunuh kambing heran pada masa itu. Kambing itu datang dari Pulau Sangkar, berzabih di tanah Hiang. Nan menzabih orang Sungaipenuh dan jangat kambing itu dibawa ke Muara Siyo. Diperbuat redat kebesaran ditaruh di tulang bunung. Waktu hari baik bulan baik, redat itu berbunyi sendirinya kira-kira tiga kali; tederung raja Jambi.

Di belakang waktu Pangeran Temenggung kubur di bukit, tumbuhlah silang selisih raja Jambi dengan Muaro Siyo. Halah dan terbakar anak2 raja Jambi banyak yang mati dibunuh orang muaro siyo. Maka redap itupun hilang dan gaiblah lalu ke gunung Mande Cerai.

Adapaun Adipati yang tersebut dalam surat ini, bukan nenek orang Rawang dan bukan nenek orang Sungai penuh; karena pada masa itu ialah Pemangku Sukarami dan Datuk Cayo Depati Singarapi; itu lawan Baginda Raja Muda dan Raja Simpang Bumi, bertumbuk bertentang hitam memutihkan tanah Kerinci, dan Sungaipenuh Datuk Paduka Indo orang yang berasal dari ‘alam Minangkabau yang ditinggalkan oleh yang dipertuan Maharajo Bungsu.

Adapun dalam perbuatan perbakala, jikalau Yang dipertuan mengirim surat naik ke Kurinci (ke ‘Alam Kurinci), menempuh jalan ‘adat bukit Peninjau Laut, di nama surat berekor dan berkepala; yaitu; ekor surat kepala surat; Ialah satu buah beliung dan satu buah lading dan dua belas buah sekin dan salimah garam dan satu helai kain panjang dan dua belas lembar saputangan ragi dua. Inilah tanda raja akan naik ke Kerinci.

Segala dipati-dipati dalam ‘alam Kerinci serta

Mereka itu mengetahuinya

Setiya sedalam bumi setinggi langit, cerita dan kesah

yang panjang dipendekkan saja sekadar perduanya

Kalau kemudian ada berguna, boleh ditanya pada orang tua2 cerdik pandai di Indrapura. Barangkali orang itu yang ada mengetahui asal usulnya serta gelar namanya dan kejadiannya ini ‘Alam Kerinci masa dahulu kalanya sebelum ini tanah Kurinci bernama Kurinci dan belum sempurna nama manusia yang datang menghuni ‘alam Kerinci.

Cerita Pandak

Adapun Siak Langeh itu orang seperadik. Pertama nenek Siah Langeh lalu ke alam Kurinci mendapat di Koto Pandan di Sungai Penuh, itulah nan hilang di tepi laman; tiada tentu ke mana perginya. Maka diperbuat orang makam dan jiratnya di tepi laman itu di Koto Pandan. Dia inilah nenek moyang Datuk Singarapi dan Datuk Caya pati dengan Depati Setiodo Pemoncak Pamoncak ‘Alam Sungaipenuh. Adapun Sungai Penuh pada Dusun Ampeh dan Datuk Caya Depati lalu ke tanah Rawang. Kedua Siak Malindo lalu ke Gunung Tunggal dekat Pengasi wafat di situ. Ketiga nenek Siak Bagindo Siak lalu ke Gunung Karang di ulu air Tapan wafat di situ dalam batang Sungai Gambir bermakam di tebing tanah runtuh di bawah pohon kayu menang. Keempat nenek Siak Ulas lalu kebatang Ulas lalu wafat pula di situ. Adapun keturunan nenek yang berempat seperadik ini, dari tanah darat ‘alam Minangkabau luak negeri Padang Genting, anak tuan (anak cucu) kadi Padanggenting.

Sebab itulah orang Sungai Penuh menjadi pegawai raja. Cermin yang tiada kabur memegang, kitab Allah. Yang menjalin ini hamba yang dha’if lagi fakiru’lhabibu liyu ‘lallahi ta’ ala. wg. Tuanku …….; Teruntuk pada Datuk Paduko Indo Dusun Ampeh.

8. Surat Tulisan Melayu pada Kertas.

Bunyi salinan yang diperbuat oleh guru Ahmad dan disyahkan oleh ninik mamak Datuk Singarapi Sulah (dengan huruf Belanda) begini:

Cap Muhammad Syah Indrapura.

Bab

Keturunan nenek moyang Datuk Singarapi dan Datuk Cayo Depati dengan Depati Satodo Pamuncak ‘Alam yang diberkatkan allah kambang biak kambang beratus, berdusun berhalaman, berpandan berkuburan, tinggal dengan ketetapannya di Dusum Ampeh Sungai Penuh alam Kurinci darul salam.

Sebermula datang dari darat ‘alam Minangkabau luak tanah tanah Padanggenting, anak

cucu tuan Kadli Pd. Genting empat orang seperadik, yaitu:

1.Siak lengih. (2). Siak Malindo. (3). Siak Bagindo Siak.

(4). Siak Ulas. Adapun Siak Ulas lalu ke batang Ulas wafat di situ; dan Siak Bagindo Siak lalu ke Gn. Karang hulu Tapan wafat di situ berkubur di tanah tebing tanah runtuh di bawah pohon kayu menang; dan Siak Malindo lalu ke Gn. Tunggal Pengasi wafat di situ; Dan Siak Lengih lalu kerenah Emir Biru disebutkan orang sekarang Koto Pandan.

Beberapa lama di antaranya Siak Lengih duduk pada tempat yang tersebut, dengan Tuhan yang bersifat rahman, pada waktu dinihari turun dari rumahnya pergi mengambil air sembahyang Tiba di halaman rumahnya hilang lenyap saja tiada tentu ke mana perginya; lalu anak cucunya membuat tanda, ialah diperbuat makam dan jiratnya pada tempat hilangnya itu jalan di mana jiratnya sekarang.

Tatkala dianya hilang adalah dianya meninggalkan anak tiga orang laki-laki. Ketiganya berbantah satu sama lainnya, tiada semufakat. Sebab yang satu menyalahkan yang lain apa sebabnya tidak dituruti orang tuanya ke air.

1. Namanya Jaaras gelar Depati Satodo Pamuncak’Alam

2. Namanya Jaaris gelar Datuk Cayo Depati

3. Namanya Jaarinsi bergelar Datuk Singarapi.

Adapun Siak Lengih itu nama kecilnya: si Langeh. Sebab suaranya kurang terang keluarnya; dan digelarkan “Siak”, sebab dianya ‘alim. Jadi desebut orang nenek Siak Langeh.

Itulah sebabnya di Sungai Penuh menjadi pegawai Raja; tiadalah lebih, pengkatnya memegang hukum /Allah/kitab.

Adapun Dusun Ampeh dan Dusun Sungai Penuh, jalan Dusun Ampeh yang tua. Karena masa dahulunya ujung sudut tanah Dusun Ampeh sepih-sepih ditumbuk air. Itulah asal mulanya mendapat nama “Ampeh”.

Kemodian daripada itu air bersintak surut; kedapatanlah di hilir Dusun Ampeh sebuah anak air kecil mengalir selamanya; penuh tiada kurang-kurangnya lalu dinakaman sungai itu Sungai Penuh; sampai sekarang tempat itu orang buat tempat mandi dan tempat sembahyang.

Pada zaman Siak Langeh ada hajat, yalah mendapat seekor mencit yang amat besar, adalah sebesar kambing, keluar dari dalam gua gn. renah Emir Biru lalu dipeliharanya baik-baik. Dengan takdir Allah Tuhan yang amat kahar, mencit itupun beranaklah seorang perempuan menjadi manusia, pada rumpun pandan renah Emir Biru; maka dinamakan anak mencit itu Siti Pandan Mengurai; itulah asal keturunan nenek moyang Depati Payung Pondok Tinggi.

Oleh sebab ketika saudara itu tiada sepakat, maka Datok Cayo Depati lalu ke tanah Rawang dan ingatan tanah bergabung diberi berwatas sebelah darat: Salam balantak besi di atas Dusun Tanjong Pauh, berwatas dengan Depati Padang Tanjung Pauh. Sebelah bawah itu: batu sandaran galeh, berwatas dengan Depati Padang. Sebelah ke ilir dengan ketelak bersusun berwatas dengan Depati Padang. Sebelah ke air dengan banai tumbuh tiga berwatas dengan Rio gagah cinto Rio Semerah. Sebelah diair itu dusun Koto Padang. Sebelah diair itu Tanah Kampung Kecil dengan Depati Sungai Lago Kecil. Sebelah ke bawah berwatas dengan Tonggak Ajo Rio Depati. Dan dari situ terus kepalis serumpun lalu kepantak tumbuk tiga berwatas - dengan Bagindo Rajo Mudo tanah Kemantan dan sebelah Mudik dengan air Sungai Sampur berwatas dengan Rio Jung Pangjinak Semurup dan di sebelah di atas itu tempat nenek Suluh Rantai Sekilang di Koto Limau Sering. Itulah ingatan gabungan tanah Datuk Cayo Depati dengan datuk Singarapi Dusun Ampeh. Amin.

Siak Ulas

wafat di

Batang Ulas

Siak Bagindo Siak

wafat di

Gn. Karang

Siak Langeh

di Kt. Pandan

Siak Malindo

wafat di Gn. Tunggal Pangasi

Badan dengan Nyawa

1. Jaaras glr. Dpt. Setiodo Pamuncak Alam

2. Jaaris glr. Dt. Cayo Depati

3. Jaansi glr. Dt. Singarapi

1. Depati Setiodo Tuo

2. Depati Setiodo Hitam

3. Depati Setiodo Kecil

1. Datuk Cayo Depati Uban

2. Datuk Cayo Depati Kodrat

3. Datuk Cayo Depati Manti Suko

4. Datuk Cayo Depati Ilang dilaman

5. Datuk Cayo Depati Pandak

1. Umar glr. Dt. Singarapi Bajanggut merah

2. Ma'Umin glr. Dt. Singarapi Sulah sirah dada

3. Hamzah glr. Singarapi Sulah sirah mata

4. Sirpado glr. Singarapi sulah kecil

5. .........glr. Singarapi Gagak

Ini surat kami ambil dari surat2 salinan yang telah tuan2 dipindahkan kemari. Indrapura, 2 Desember 1923, bersetuju dengan 25 Rabi’ul ‘akhir 1342. W.g. Mohammad Syah.

9. Tanduk Bertulisan Rencong

(1) bisimilah muju (r) barakat

(2) kami mengang … tutur ninik …………..tat

(3) kala ………………..dulu ………………

(4) ya juga ninik siyak langin ngada hakan hanak hurang

(5) sabilan hiya juga siyak makudun kalawan pak

(6) jang ngsi kalawan nik hada lawan ninik sa

(7) ha kalawan ninik baringin kalawan nini

(8) k capa kalawan ninik dayang kunin kalawan

(9) n ninik hukir kalawan ninik

(10) bilang sada hitu bilang ninik ………..

(11) talalu ninik siyak makudun hiya ha

(12) mpat baradik ………… manunggu bungkan pandan

(13) siyak makudun manjadi singa hapi …………

(14) rapa manga (da) hakan hanak hurang lima mamak

(15) guyang kalawan singapatih kalawan …………

(16) ….. kalawa malin hamas ka (la) wan

(17) halamala ‘it kalawan handir kasar

(18) sada hitu hanak singarapi handir kasa

(19) r mengada hanak hurang lima hani kala

(20) hanya bula kalawan

Pada ujung tanduk: Lawan halamala ‘it hitam

lidah kalawan balang jawa lawan

halamala ‘it palit

pada bibir tanduk: hini hubat

Lain daripada yang tersebut di atas ini ada lagi beberapa baris tulisan yang melintang. Salinannya:


(1) lunggang langgung dudu tu………

(2) numpa la panggung papanggung katu ..

(3) da talu mangga rala ………

(4) … pi bara …….. lu (?) batu

10. Tanduk Bertulisan Rencong. Bunyinya begini:

(1) Hini surat tutur hanak siyak langin hurang sambilan siyal mengkudun (2) hapak jang ngsi ninik sara ninik dani ninik baringin ninik hukir ninik (3) capa ninik hada ninik bilang. Lain bagian pula: (4) hini surat tutur ninik pandan tutunggu hiya juga ninik siyak langin mangada (5) hanak sambilan ninik pandan hurang hampat surang bagalar siyak mangkudun panakan papak (6) wan papak jangsi ninik hada sada hitu halah ninik …… pandan mengkudun hanak siyak (7) mangkudun hurang lima surang halang menyahut mamak daya singat malin hamat pandak (8) … sar … hitu singahapi mangada hakan hanak halang mahipat mangada hakan hurang hampat hurang surang (9) hinduk gadung lalan hinduk biyang bapapak bungsu gadipati punjung muka mangada hanak ….(10) papak jangsi duwa hurang surang cadipati hidak … singahapi (11) ngada hakan hanak barampat surang gi cadipati punjung surang (12) hinduk cadipati dimak papak jahinak hi (13) mak … sada hitu hanak (14) hampat … sanga …. muka mangada hakan cadipati punjung hurang ….

11. Tanduk Bertulisan Rencong

(1) hini surat tutur ninik pajinak di tanah sa

(2) murut hiya juga tuwan hakir datang dari banang ka

(3) baw hitu halah hiyang patama dahulu sahapa bini

(4) hiya juga puti sani puti sani amngada ha (‘) ka

(5) n hanak sahurang hiya juga ninik

(6) …… la … ta (?) mangada hanak hurang li

(7) ma sihapa galarnya

(8) hi (ya) juga tuwan ginda (lawan) lawan hawang malila

(9) katiga riya caya wa hampat sadung si (hapa) lakinya

(10) hiya juga patih jadi ….

(11) la..m (:halam?) dingan ninik picik si (ha) pa lakinya

(12) hiya juga tuwan sa’ih sihapa hanak hanya hi (ya) juga

(13) parajinak kadayat sahapa hanak hija juga t

(14) iga hurang sapa galar hanya hiya juga sahid (?) i…..

(15) … lawan suluh sati la (wa)n tu (?) wan

(16) naki si (ha)pa hakan ditahukan dalam

(17) tanah samurut hiya juga hi

(18) nduk sabik di dalam bungkan pandan siyapa danga

(19) n dikatahukan hi (ya) juga suluh sakilan talalu pak (?)

(20) jang malu pak jang melu lawan hindak sabapa gana ‘a

12. Tanduk Bertulisan Rencong

(1) hini surat tutur tambana (ni)

(2) nik mamak mandiya barima lurah

(3) hatas tanah bungkan pandan sihapa ga

(4) lar hanya hiya juga ninik siyak la

(5) (ngi)n sihapa bini hanya hiya juga dayang baranay

(6) sihapa panakan hanya hiya juga

(7) maku sati sihapa bini hanya hiya juga sabaranay

(8) sihapa hanak hanya hiya juga cayadipati pajang si (ha)pa ha

(9) nak hanya hiya juga caya

(10) di (pa)ti hilang di laman sihapa hanak hanya hiya juga

(11) caya dipati hilang di pa ‘uh sihapa dingan batina

(12) hiya juga ninik sapinayik lawan handir

(13) hujut mangada hanak cayadipati pajang hitulah hu

(14) rang babuwat diti sarih padang babuwat pamangku

(15) riya balit sihapa manti hiya juga

(16) bujang pandiya

(17) m si(ha)pa babu (wat) hurang batiga hitu hiya ju

(18) (ga) cayadipati hitu halah tutur hanya

13. Surat Tulisan Melayu pada Kertas

Bunyi salinan yang diperbuat oleh Depati Suta Negara dan disetujui oleh Datuk Singarapi

Gagak (dengan huruf Belanda) begini:

Cap: Jambi. Pangeran Sukarta Negara

Hajjrat Nabi s.a.w 1192 (seribu seratus sembilan puluh dua) tahun pada tahun Ba pada bilangan Khamis pada dua likur bulan Jamadil Akhir pada waktu adha pada hari Sabtu, bahwa pada dewasa itulah duli Pangeran Sukarta Negara mengurniakan piagam serta cap ini kepada Kiyai Depati Sutan Negara, kalau Kalau, maksudnya: kalawan. Depati Simpan Negeri dan Depati Setiyoda dan Depati Payung Negeri dan Depati Purwa Negara dan Depati Sungai Penuh serta segala Mangku yang bertiga yaitu Mangku Depati, Mangku Raja dan Ngabihi Setiodo serta segala para menteri yang sepuluh serta cupak gantangnya didatangkan oleh duli Pangeran Sukarta Negara seperti, seka orang tuwa2nya dahulu kala itu juga adanya ditetapkan kepada orang yang enam perut itu adanya seluruh Sungai Bungkal pandan bermula perbatasan sebelah ke hulu dengan Bujang Pandam Sekungkung mati dan ke hilirnya perbatasan dengan Depati Bendaharo sebelah darat dengan sialang balantak besi dan kebaruhnya perbatasan dengan Tunggak Raja Kemantan mati, lalu menuju palis serumpun lalu menuju lubuk Tuba2 lalu menuju Aur Berlarik itulah adanya yang di dalam seluruh Sungai Bungkal pandan itu, kayu panjang dan kayu pandak dan buluh bilahnya dan rotan raminya dan sialang malangnya dan barang sebagainya tiadalah boleh orang lain orang lainmengambilnya dan barang siapa cala cula mengambil kayu mayunya atau rotan raminya atau sialang malangnya dan barang sebagainya tiada memberi tahu orang yang empunya tanah, dirampas hukumnya. Jikalau melawan dibunuh; demikianlah titah duli Pangeran Sukarta Negara di dalam piagam ini; hubaya hubaya jangan dilalu. Adapun seko lembago yang ditetapkan oleh duli Pangeran Sukarta itu seperti seko yang dahulu kala juga tiada diubahkan oleh duli Pangeran melainkan tetap jua adanya. Adapun seko Depati itu mandirikan hukum raja yaitu boleh para Depati mendenda menyeti panjang kalam andam kedalam panjang sula itupun dengan bicara Mangku yang bertiga dan Manti yang sepuluh jua adanya dan adalah seko pada segala cupak gantangnya Depati itu barang suatu pada bicaranya melainkan mengadu kepada para Menteri dan para Menteri itu mengadu kepada para Mangku dan para Mangku itulah yang menyampaikan kepada para Depati demikianlah lembaganya dan barang siapa menyalahi dari seko lembago itu, melainkan dihukumkan oleh Depati serta Mangku yang bertiga dan segala Menteri yang sepuluh jua adanya. Adapun seko para Mangku jikalau salah didenda pecah empat tahil sepahu dan denda pengingat dua tahil sepaho dan seko para Menteri kalau salah didenda pecah dua tahil sepaho dan didenda pengingat setahil sepaho demikianlah adanya dan lagi titah duli Pangeran Sukarta Negara yang kepada segala raiyat ngaung yang seluruh tanah Kerinci, disuruh Pengeran mengeraskan syara’ di dalam tanah Kerinci duli Pangeran mintak keraskan kepada Depati empat yaitu Depati Setiayuda Depati Payung Negeri dan Depati Purwa Negara dan Depati Sungai Penuh yang dibawa oleh Kiyai Depati Suta Negara kawan Depati Simpan Negeri serta Mangku Depati dan Pakih Muhammad itu yaitu yang diteguhkan Sebetulnya: ditegahkan. oleh Pangeran karena tertegah pada syara’ yang terlebih mungkir pada syara’ yaitu empat perkara pertama jikalau kematian jangan diarak dengan gendang gong serunai dan bedil dan kedua jangan laki2 bercampur dengan perempuan bertauh nyanyi dan jangan bersalah dan meja hantu dan syetan dan batu kayu dan barang sebagainya dan ketiga jangan menikahkan perempuan dengan tiada walinya dan barang sebagainya daripada segala yang tiada diharuskan syara’ hubaya2 jangan dikerjakan. Demikianlah titah duli Pengeran mintak kembangkanlah kepada segala Depati dan segala malin yang ada di dalam tanah Kerinci itu adanya dan barang siapa tiada mau mengikut syara’ maka hukumkan oleh segala malin dengan mufakat seperti hukum syara’ jangan disalah. Jikalau orang yang tiada mau mengikut hukum syara’, maka segala Depati dan para Mangku serta mufakat dengan para Menteri, mengeraskan hukum syara’ itu adanya. Demikianlah titah duli Pangeran Sukarta Negara hubaya-hubaya jangan dilalui. Tammattulkalam bilachir wassalam.

Adapun yang menyurat piagam ini Tuan Haji Imam Abdurrauf dititahkan duli Pengeran Sukarta Negara.

14. Tanduk Bertulisan Rencong. Bunyinya:

(1) hini surat tutur ninik tiga badik sapa galar hiyang ti

(2) ga baradik surang bagalar sapasir babini ka batu patah mangada hanak

(3) hurang hampat surang bagalar manti muda sapa hanak santap santap sapa hanak

(4) sanayah ngada sakasah sata’an ngadakan samacu samacu mangada muda bata…

(5) ngadakan sapipin dangkan sabar

(6) ninik sagaliga ngada sa…hama ngadakan sacupak

(7) ninik hiyang tiga ninik hutan tanah

(8) batu lucun duwa dingan hujung pasir tiga dingan sakay biti tapam dinga…sa…

(9) di dus….dindang hutan hayang hapam ja(?)…mba kalu

di ba…..rasama….ta…mamati….ma

(10) hitu halah hutan ninik hiyang tiga ninik….dakan

(11) hini….bagalar samahadi da hambik himara……….

(12) hanak sacupak mati (?) samaha babini kabatu pa(ta)h mangada

(13) sadapat t (?)iba hutan talang samarap sungay tanga(?)da(?)

(14 yung hutay sacupak sapa sapa

(15) hiya riya… … tamanggung kacik

(16) ya singa raja raja muda raja tamanggung dalam riya batang

(17) hitu hurang duduk tatkala masa…………………...

(18) sapa manaruh tamba sa…………………………

(19) tiya mandira hitu pa……………………………..

(20) basirih banasi sapa hu……………..jurat hiya

(21) juga paduka maraja

15. Buluh Dua Ruas Bertulisan Rencong (lihat m. 15a)

16a. Buluh Dua Ruas Bertulisan Rencong, hurufnya lebih besar dari no. 15 (ruas no. 1) Editor’s Note: In the original this item is No. 16. We renumbered it to 16a because the following item was erroneously numbered as No. 15 (which we changed to 16b).

(1) disini hih halah handih kanti sagala gadis ba…banyak hini

(2) haku hini samaja halah niyan hurang tabuang hini halah halah nyanyi haku kanti

(3) …ngan di hika kanti hiyang hini hika baba’ik tinggan nunggu nagari

(4) …..mi dusun laman hika kanti haku samuja hurang layang layir

(5) ………..yang layir halah ka’u hiya surat hurang bagalar malin

(6) …………bajawat tangan handak mamilang milang hina diri handak

(7) ………….tung sukat tubuh hawak hurang kasiyan hurang (bu?)pariba hurang

(8) ……bahilang surang hurang disisih sagala banyak duduk sini hidak

(9) (baka) nti hidak bakawan juga hagi lama badan haku sini sirih hi

(10) ……bamudu lagi hih handih ha’ih sa’is nyinta banar ka’u

(11) ……tubuh pina hurang hidak bamumbang hagi salama hini hih………..

(12) ……hundih hiya hinduk malawan bapak hapa halah pi…….kira

(13) ………ya bapak sada salimbang sungay panuh hini hurang baja…..la ka

(14) …..juga hagi badan haku sini layak mamana (?)h hurang da….m

(15) dusu)n laman hurang hini layak ma…ngintang mata burung…rang

(ruas no.2):

(1) ……disini kabanyak jangan taba’a ba’a hangkik hangk

(2) jarambin tinggi mekuwas di sungay tanang hih haduh

(3) hinyuk ha’ih hini nyanyi tadi dimun barangkik

(4) badan haku disini hati puwas talinga tarang duwa salari

(5) n ka’u nyanyi juga sampai badan haku hundur diri

(6) ni manumbuk padi paduman pacalang di tanjung pauh hitu hala

16b. Buluh Dua Ruas Bertulisan Rencong. (yang dimaksudkan pada halaman 12) Editor’s Note: The original item number was No. 15.

Ruas 1:

(1) taralayang layir halah ka’u hiya surat satangan hurang kasi

(2) jam talabih malu sabulan sata’un Hini karana haku dibuwa(ng)

(3) kanti sarapat muda dusun dua tiga babandung hurang manundung haku hi

(4) lang hapat sagala bujang gadie sarata pula hurang tuwa manuntang haku

(5) ha’ut dari kami hini hah sa’ishaduh hurang hundih tuwan mangapa hati

(6) haku sapagi hini takira kapada hawak hanak lumang kasiyan na

(7) manja haku hini hah sa’is…..haduh hadik sagadis hanu ka’u hida

(8) k haku sabut nama ka’u haku buna galar sahikan larang larang

(9) ku napat samimak tabu hilir hantu mudik kamu dipatah buluh da

(10) lam padi hih sa’is talarang haku sacak ka’u hurang panyahun ba’ik

(11) budi hurang pamamih ba’ik basa salah hidak sabandung jadi balum tabarantung ba

(12) dan haku sampay tabuwang ka’u tubuh dingan sanak hidak baguna ka’u (13) da badan haku hini kamana badan mangadu lang buh? haku harap kapada ka’u ka (14) ‘u mangal (i) h la’in pula situ barancur hati hati haku gila hidak ta’u suda (15)h lagi hih sa’is haduh tuwan junjung payung hagung hagung tulung haku hasan dingan (16) pacara hidak bulih jalan mangadu lagi hilir mudik hurang halah baji di ha (17) ku hini sapa sabap karana hitu cipak kapada badan haku hini hurang pangicuk (18) kanti hurang pangabis kata ka’u hiya hadik sagadis lindan hurang du (19) sun hampih hih sa’is hini pasan haku hiya surat ka’u diba cu hu (20) rang hagung duduk manyambah ka’u dulu kata hakan tuwan ka’u panguru bujang (21) hurang dudisin gada sudah satangan hurang bagalar satanggung kata satimbun

ruas 2:

(22) malu samandi hupat ka’u hini tubuh la hini halah sabunga (23) n hurang bagalar sabujang lalay mangila hati ka’u hiya hadi (24) ka sagadis hanu ka’u burung piya barancur hati aku sabantar (25) hini salama badan haku sini hurang tuwa barusuh hati muda hadi (26) s halah camas hapa sabab karanan hitu takut hiya (27) it malang kami takut taba’u randah bangsa takut tababut (28) randah tutur hah sa’is haduh huwih tuwan ndaya tapulang laha (29) mati haku sari hini ga kira kapada dagang mengandung jajak daca (30) ri tanah juju(n) haku mengusir sungay panuh muka tiba di du (31) sun gadang datang pula hurang nyarandayu manyurat guluing hini ha (32) ntah dapat hantah hidak dapat parapatak sura (33) t hiyang banyak hah sa’is…lah salah duwa mi (34) ntak hampun kapada guru kita mintak salamat kapa(35)da hali dingan….kepa (36) da tuwan kita mintak dibari paraja sampay ha (37) ku bama’in sakali hini hiya burung pangila hati haku (38) sabulan hini hapa pula hati haku patang hini hati hiba (39) hidak ta’u sudah lagi hidak ta’u di dagang hawak hawa (4) k hanak manumpang numpang da kurung ka’u sudah satangan hurang bagalar hinta.

(no. 16. Buluh………….lihat hal. 12).

(sambungan halaman 12)

(7) h nyanyi hurang tabuwang tatumbuk halah hati pamaman panakan

(8) barang disuruh ja’uh pula hih ha’ih handih huwur halang gu (9) nung ha’ih kapalang hidak kaba’ik hamak hundur ba (10) dan di sini hamak manunggu taluk rantay bagi taluk (11) hagi dihuni hagi rantar hagi ditunggu jadi rujah jadi ta (12) ri jadi hungka saramang putih jadi panunggu pamatang panjang datang halah hujan (13) n hapa di hujan datang panas kasih hungkama (14) ka bukanti kasih samang muka bakawan hidak hitu tabari su (?) (15)…rang ka’u hiya badan hamak dihaji langar hijar hamak babijan

17. Tanduk Bertulisan Rencong

Tulisannya dua macam, huruf besar dan huruf kecil. Huruf kecil belum disalin. Huruf besar bunyinya:

(1) hini halah tutur kami basuwa

(2) dengan hacik turit

(3) hajik maripat hacik gubah

(4) kanduri malam batami di kami

(5) balay hatat kamumu bajanji

(6) kata ka bungkan

(7) pandan ditagak pasiban bahatat ta

(8) batang tang datang halah hacik turit membuwa tu

(9) mbak kari(s) sarung gadi(ng) muka diya(baga)

(10) lar datuk sungi hapi

(11) dipatih nyampay manti da caya dima

(12) ….hanya dilatak cincin

(13) ….hacat ,…nya

18. Tanduk Bertulisan Rencong

(1) hunu tutur tambana ninik puyang … … barisi … …… … … manusuk lu (?) rah bungkan pandan hiyalah

(2) ninik siyak langin datang dari bumi minangkabau hiyalah turun ka kuta pandan

(3) hiyalah mangambik ninik ‘ami bagala(r) jayang baranay ngadakan hanak hurang sambilan - baradik sapa sapa galar (4) hanak hurang sambilan baduwa jantak batujuh batina bagalar si

(5) yak mamahudun surang bagalar jang ngsi siyapa galar hanak hinyang batina bagalar na hukir surang

(6) bagalar na hada surang bagalar na kuning surang bagalarnya na cupa surang bagalar na bukat surang bagalar na dayang

(7) surang bagalar na macit hitulah hanak baliyaw horang sembilan sapa dihambik siyak makudun diya juga nga

(8) mbik anak kiya’i tamanggung diba’a balik ka kutapandan pah jang ngsi mangambik hadik bini syak maku

(9) dun diba’a juga balik ka kuta pandan ninik na kuning dihambik dipati kuta bingin diba’a bal

(10) ik kakuta baringin ninik na hukir hiyalah ninik dipati huda manggala ninik na dayang

(11) hiyalah ninik bujang paniyam ninik na capa dibuwa laki ka tabing tinggi ninik na kuning dibuwa

(12) laki…samanda surut katanah hiyang hadapun siyak makudun hitulah yang bagalar (da) datuk si

(13) ngarapi mangadakan hanak hurang lima sapa galar kanak baliya mak guyang surang bagalar mak ga

(14) dung surang bagalar lang (?) mala ‘ut surang bagalar manin hamay surang bagalar na ka

(15) dar (?) hitulah ninik kami ngambik nak ninik na hada bagalar

(16) …..ja (ng?) pakir n mangadakan hanak sahurang batina maka matilah ninik datuk singa

(17) rapi gugap hidak katuwan malakat galar datuk singarapi muka hada pah jang ngsi ngada hanak hurang li

(18) ma (batiga?) batina badua jantan surang bagalar datuk singa rapi surang bagalar caya

(19) dipati hitulah hurang bahutan batanah singan na (?) mudik singan hilir

(20) barabatas dingan bujang paniyam mana batas di pamatang gadang matarakuta banta dingan kuta lula pandan sarump

(21) un pa’uh sabatang sudah hitu muka bajawat dengan (?) huta (n) dipati batiga di tanah kamantan baginda

(22) raja muda dingan riya gandun mana batasnya batu bagantung batang barakuk hilirny babatas dingan tu

(23) nggak raja barajajak di palis sahumpun tatkala hitulah singa raja dingan patih pasak barabut

(24) hutan mintak hukum bakas caya dipati singa rapi muka dihukum caya dipati singa rapi di mudik

(25) hamaspun tamakan kata sudah caya dipati bajajak kepada pallis sarumpun dingan tunggak raja hukum labuh ka

(26) ya?…hujung tanah sarambung pukun babay jantan ka barahutan caya dipati mara sangkah (?) a’u(?)

(27) r balarik sampung tarantak maka batamu dingan riya gagah hapa batas di dingan

(28) riya gagah cupaka…..maka babatas dingan dipati mpadun (?) dingan takati….satata salang balantak sa….

19. Tanduk Bertulisan Rencong

yaitu yang sudah disalin oleh tuan L.C. Westenenk di dalam Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde uitgegeven door het Bataviaasch Genootschap deel LXI (1922) blz. 101 106. Salinan itu dibandingkan lagi dengan tulisan pada tanduk itu; Berbunyi:

(1) hassalamu halikun hiya tuwanku bari salamat hanak cuncung kaya mengarang tutur

(2) tambana ninik puyang datu tatkala masa dahulu kapada hari satu bulan sapar haku mangarang tutur tammbana

(3) ninik paduka barahala mengada hakan hanak hilang baduwa surang jantan surang batina nunggu pariyangpa

(4) dang panjang dingan jantan tamanggung dingan batina dayang bulan dayang bulan dihambik makudun jada mangada ha

(5) kan dayang baranay dayang pun hada makudun jada pun mati lama lama dayang bulan

(6) buntin hidak balaki tarasa dingan sanak buntin dikaluar hulih

(7) tamanggung kapada nanggari dilatak hikur pariyang padang panjang hanak oun hadu sapa galarnya hiya

(8) lah bagalar puti hunduk pinang masak lama lama muku hada

(9) pula mangada hakan hanak laki-laki hitu

(10) halah hiyang baranama patih sabatang hadalah balay batiyang taras jalatang di pariyang padang panjang

(11) barisi tabuh pulu pulut gundang silangguri lambin batatar hakan sagar hagung barantay hakan

(12) dirinya hitulah paratandan sabatang taliyat kapada tama(nda)nggung panakan saparati hi

(13) tu rupanya kabaar muka barakata tamanggung kapada datuk lamin panggin hadik haku hiyang

(14) tiga baranak hitu ba’a pulang masuk nanggari hanggak dayang bulan maninggankan (nanggari??)

(15) tamanggung lama lama barakah barabut hanak hulung muka malutar patih masak mu(ka) ma(na)ngis dayang bulan balas pula muka dihambik turak

(17) basi muka dituwuk patih sabatang muka lukalah kapala patih sabatang maka dibuwat

(18) puti hunduk pinang masak dingan turak basi tarasa luka sapara

(19) ti hitu hajar hinduknya kapada puti hunduk pinang masak

(20) ba’i hundur haku di sini muka barajalan halah

(21) patih sabatang muka ditamban kapada baginda bang

(22) ngsu sabujang lamik pun datang muku taba

(23) ‘alah talur

(24) hayam hulung muka barajalanlah patih sabatang tatkala hitulah turun

(25) ka tanah karinci napat di talang lukan di humah singa laga hanak dipati

(26) buyut lama lama

(27) tarasa hilang dingan sanak diturut hulih dayang baranay dingan puti

(28) hunduk pinang masak sarata dingan hurang panginang tibanya di danaw banta taliyat kapada

(29) padang hiyang huja likalah di sana muka dibuatlah dusun laman disana kota limaw mani

(30) s lama lama datang parapatih sabatang tiba di danaw banta taliyat kapada dusun singgahlah disana

(31) muka nayik kadatas balay taliyat kapada hurang muda di hatas balay muka turunlah

(32) dayang baranay dingan puti hunduk pinang masak maba’a racang hamas muka manyirih hurang

(33) hurang muda hitu muku likalah hurang muda di situ muka salalu nikah kawin

(34) dingan puti hunduk pinang masak lama lama muka barakatalah pa

(35) tih sabatang kapada puti hunduk pinang masak mintak di

(36) cari hakan kutu haku muku dicarilah hulih puti hunduk pinang masak taliyat kapada pa

(37) rut di kapala laki muka baratanyalah puti

20. Tanduk Bertulisan Rencong

Sambungan no. 19 (Tijdschr. Ind. Taal- en Volkenkunde blz. 106-110)

(1) muka baratanyalah puti parut hapa di kapala tuwan haku hini parut luka dituwuk kakak haku puti hunduk

(2) pinang masak diyam di pariyang padang panjang jakala itu hiyalah haku numuk tatkala masa hitu tadangar di kata hitu ta’ulah

(3) kapada dingan sanak diri muka barajalanlah patih sabatang puti hunduk pinang masak dingan dayang baranay pun barajalan

(4) lah pula tingganlah pula kuta limaw manis lama lama tibalah di sungay kunyit ninik malin sabiyatoslah pun

(5) sarumpaklah pula di sungay kunyit dingan sabujang tandang hadapun puti hunduk pinang masak

(6) barajalanlah ka indapura dayang baranay tinggan di

(7) ngay kunyit lama lama jadilah ninik malin sabiyatulah dingan dayang baranay nabang nabaslah

(8) mamarit mamangganlah bakuta barancalah di sana tatkala hitulah baranama kuta pandan pikir malin sabiyatulah

(9) muka dijadikan hanci madah dingan saga’it sabujang satandang jadilah dingan sakamah malin sabiyatulah bagala

(10) rlah siyak langin sabujang tandang jadilah dingan sapasir hanak pak baji di kota lisut hadapun si

(11) yak langin mengadakan hanak hurang sambilan sapa sapa hanaknya hiyalah jang diwar surang jang hari hitulah dingan

(12) jantan dingan datina hana hada surang sahukat surang na dayang surang handir baringin surang hana bunin surang

(13) hana capa surang hana hukir hadapun handir hukir handir handir baringin diyamlah di ku

(14) ta bingin handir kunin handir capa lalulah ka tabin tinggi handir kuni

(15) n tinggan di tanah hiyang handir dayang diyam di kuta ranah

(16) hurang hampat tinggan di kuta pandan lama lama pagilah siya

(17) k langin baramu di patang galanggang matara duduk duduk

(18) ninik siyak langin

(19) maliyatkan hacik madah manarah dibuwat kapin muku disangkutkan hari pun

(20) patang labih nasi digantungkan siyak langin pun balik paninggan hitu liba

(21) r talapak datang taliyat kapada kapin muka dihambik hapa pulanama hini muka di

(22) sarung kapada lutut kadunya hari pun malam siyang hari siyak

(23) langin pun datang dinga hacik madah tadapat ka(pa)da hurang sahurang handak dibunuh di

(24) hacik madah jangan kata siyak langin jangan haku dibunuh tuwan di(?)mun hidak ha

(25) ndak ka’u dibunuh mana kadiyam ka’u aku diyam di hulu pematang galanggang kaiyam haku hamuhlah

(26) pagi maliyat kadiyam ka’u muka dihambiklah hutan muka ditalilah pinggangnya muka masuk di gunggang batang muka dihambik bininya hampat baranak sapa

(27) galar ka’u hakulah bagalar libar talapak biniku bagalar lambin tali

(28) nga hanak hiyang batina bagalar salakut dingan jantan bagalar sajinguk muka siba’alah balik

(30) ka rumah siyak langin muka tadangarlah kapada handir hukir muka datang ke kuta pandan bakatalah ka

(31) pada bapaknya siyak langin budak hini hakulah mintak handak haku dijadikan hanak

(32) salakut hini muka diba’alah balik ka kuta bingin lama lam muka piki

(33) r siyak langin dijadikan hanak tadi singarapi

(34) ………(sudah robek; tak dapat dibaca)

21. Tanduk Yang Bertulisan Rencong;

sudah terbakar; yang masih dapat dibaca bunyinya:

Tamanggung……….. datuk

maninggankan

i hunduk pinang masa

22. Surat Tulisan Melayu pada Kertas

Piagam daripada Pangeran Suta Wijaya, tahun H. 1116. Bunyinya menurut salinan Guru Abdul Hamid:

Ila hadaratan nabi salla llahu ‘alaihi wasallam.

Telah seribu seratus enam belas tahun surat wijaya digaduhkan kepada Depati Payung Negara …… raja kepada bulan Rabi’ul ‘awal kapada dua lapan likur hari bulan………..kepada mestika emas jatah jati rupa atau juga ……….yang kepada ketika itulah duli Pangeran Suta Wijaya meng(g)aduhkan piagam kapada………raja yang empunya…………..jikalau diladangkan oleh ……………Dipati Payung Negeri Sungai Penuh dengan Ngabi Teh Setia Bawa didalam Bukal Pandan………oleh dipati. Jikalau dipati melidahkan didenda pancanya Dipati Payung Nageri sama sementeri salupak sedanau……………..semerah sementerinya denda empat tahil…………….mengubah seperti didalam piagam………………..dan barang dimusti diperoleh dibari Allah subhanahu wata’alala.

23. Surat Tulisan Melayu pada Kertas

Piagam tahun H. 1100? Bunyinya menurut salinan Guru Abdul Hamid:

Anya ini surat hijrat nabi salla llahu ‘alaihi wasallam. Ini Piagam Pangeran Suria Karta Negara tasarah pada Dipati Payung Negariseluruh Bukal Pandan dalam Sungai Penuh, sulu silirnya, sereguk airnya, sekepal tanahnya, seekor ikannya, silupak anunya, sepaya sebangkuangnya, kayu pingkuk kayu secupak segantangnya, anak jantan anak batinanya, seputih sehitamnya, sen-denda setianya, panjang kalamnya. Ada maka dalamnya depati yang berempat empunya. Hubaya2 jangan dilalu. sanah 1100 tammat Perkataan “sanah 1100 tamat” itu lain tulisannya daripada tulisan piagam itu.).

24. Tanduk Bertulisan Rencong

Bunyinya menurut salinan Guru Abdul Hamid:

A. Surat kasar:

(1) hah hata singgan sini nangi malawan

(2) tuan di…….nas

(3) dala sakampa dilawar

(4) …………rang dibanya kala sagala

(5) ………….kipawa du……i dangan

(6) turun kamara di

(7) dalam………………

(8) kapanas nya………….tabu

(9) hurang tuwa

Surat halus:

(1) karana surata…………

(2) ma………….maka………..

(3) surata riya ma………hu

(4) ka

(5) karana surat cayadipati ka………nati hiya bangsu kalawan patih mandiri hakan tati kalu hurang

(6) tatasuwa katalah di hulu mangampun hurang tala jawa tat kala duduk di kuta ra……tatka maw dita

(7) baha nanas ditabang ba tamadak ditawa di………sat janji samaya halam mati kabun mati mahu susak

(8) janji samaya tatkala hundir siyah dikata kini limawas hakang babali hanawan ka babalik mada

(9) k hakang babalik tatkala pacah handir musuh hapa kata lar (i) tidak damu………n tidak padah karanat musuh

(10) bahanyak dari sani janji samaya his lah bunyi janji samaya

(11) hupang tu samasa di hulu sihapa manyurat hiya magap malaka hitu halah

(12) hini pula surat tatkala budak baracakak hini janji sama ya kita

(13) tatkala hurang banatah kaduwa duwa hani janji samay..kitatatkala hurang kupah salah mati juga atkala hurang

(14) tihada kasawan laking hutan tatkala hurang malut hulu jaga sapa tahu hurang ma…….k ka humah hanak bini.

(15) hurang tatabahu mati hutang kiyan tatkala hurang manyamun……

(16) hukun raja muda kala tuwan cayadipati tatkala dipati hampat manangar hukun

(17) pangiran sada hitu halah hukun

(18) karana gugur parah haya dipati hampat

(19) …….lu hurang nadih da capu ca hungah hanga hacada dipati

(20) ka hiki sada karaya mandanda ja……..tatkala

(21) ……nahudah………………

Surat kasar:

(1) sinjampa talas tasurat riya lubalang lawan riya bangsu luka hanak

(2) nya hanggak menangar kata hurang tuwa budak barasiki

(3) sama budak sudah dipampasnya diya mada tiri satahin

(4) tiyang balah tapi patayih lama hilang di riya bangsu di………

(5) hadak sabukan diri sapa dingan mala

(6) rat lila maga

Surat halus:

(1) …samua

(2) tatara gatas

(3) tatu tangkasih karana

(4) na sangka kampangkang kapada rang

(5) tatas tida pada jang

(6) mada ngambak bala

----------------

Tambahan Bab A (Mendapo Limo Dusun)

Lain daripada pusaka yang tersebut diatas ada lagi pusaka diperlihatkan orang kepada saya di Mendapo Limo Dusun, tetapi tidak bertulisan, yaitu:

1 (satu) keris, berasal dari Siak, disimpan Datuk Caya Depati Kodrat, Dusun Baru Sungai Penuh.

1 (satu) mata tombak berasal dari Siak, disimpan Datuk Singarapi Sulah, Dusun Ampeh Sungai Penuh.

3 (tiga) pecahan tanduk, disimpan Depati Payung, Dusun Pondok Tinggi.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan